Wira Si Arsitek

Seorang pria yang bekerja sebagai arsitek lagi pensiun. Sebut saja Wira. Tahu mau pensiun, dalam bekerja dia nyantai-nyantai saja. "Toh gw bentar lagi pensiun," pikirnya.

Sama perusahaan tempat dia bekerja, Wira harus menyelesaikan satu rumah lagi. Bukannya semangat mengerjakan 'rumah terakhirnya' Wira malah terkesan tidak serius merancang rumah itu.

Rancangan dia buat seadanya saja, bahan bangunan pun tidak menggunakan bahan yang berkualitas utama. entah apa yang ada di benak sang arsitek.

Meski nyantai Wira akhirnya bisa menyelesaikan rumah itu, para tukang pun segera membangun rumah rancangan Wira.

Akhirnya hari pensiun tiba, Wira merasa dadanya meluap-luap ketika tiba di kantor dia mendapat sambutan yang istimewa. Kue dan minuman sengaja disediakan sang bos buat Wira.

"Selamat Wira, kami merasa senang pernah bekerja dengan anda di sini," begitu tutur si bos.

"Nah sebagai rasa penghargaan kantor ini kepada Wira, saya menghadiahkan sebuah rumah untuk Wira, rumah itu adalah rumah terakhir yang Wira rancang untuk kita," ujar sang bos.

Tenggorokan Wira tercekat. "Hah rumah yang gw kerjain setengah-setengah itu jadi milik gw?. Tahu gini gw pasti ngerjain sungguh-sungguh, lembur pun gak apa," ujar Wira dalam hati. Toh nasi sudah jadi bubur, Wira mana tahu rumah itu akan jadi rumah dia...


Nilai cerita:

Jadi dun...mun digawe teh nu bener-bener...ulah setengah-setengah...ulah chating wae...hehehehe.

Comments